Pandangan Anies Baswedan Terhadap Mahasiswa Indonesia
ditulis Oleh Fadli Ariesta dan Rachmat Darma Putera
http://edukasi.kompasiana.com/2011/04/21/pandangan-anies-baswedan-terhadap-mahasiswa-indonesia/
Sabtu, 16 April yang lalu penulis mendapatkan kesempatan langsung untuk mewawancarai Bapak Anies Baswedan di kediaman keluarganya di Jogjakarta, di Jalan Kaliurang.
Penulis melakukan tanya jawab, meminta pandangan beliau terkait mahasiswa, organisasi, pergerakan mahasiswa dan kepemimpinan. Berikut cuplikan wawancaranya dengan rektor yang minta dipanggil Mas Anies ini :
Menurut Mas Anies, Mahasiswa yang aktif berorganisasi itu baik atau tidak?
Masa mahasiswa adalah masa belajar di fase terakhir dari struktur pendidikan formal diIndonesia, bila Anda sudah sampai mahasiswa Anda pasti sudah SMA dan seterusnya, jadi ini fase terakhir. Kenapa saya sebut demikian? Karena sesudah itu maka Anda akan berada di crossing road, apakah Anda meneruskan ke jalur non -akademik atau akademik. Bila Anda meneruskan ke jalur non-akademik mungkin Anda bisa bekerja diwilayah Anda masing-masing dan disitu mungkin Anda bisa meneruskan satu degree lagi, namanya master, master yang sifatnya professional untuk menopang keprofesian Anda. Misalnya Anda mengambil master bisnis atau mengambil master ilmu-ilmu terapan lain. Jika Anda masuk ke jalur akademik, karena namanya universitas maka Anda akan meneruskan ke jenjang master, menjadi Doctor lalu menjadi peneliti dan menjadi Scholar. Namun ini fase terakhir, untuk menjawab pertanyaan Anda, saya berikan outlinenya dulu nih.Jadi pertanyaannya kemudian ketika Anda melewati fase kuliah ini, Anda akan menjadi orang-orang ” bekerja” tidak lagi belajar. Bekerja itu diperlukan kemampuan bukan sekedar prestasi akademik tapi dibutuhkan pengalaman, keterampilan untuk bisa memimpin, mengelola, bernegoisasi. Pengalaman berorganiasi selama kuliah, itu merupakan modal untuk bisa meniti karir kedepan dengan baik. Oleh karena itu saya sangat mendukung dan menurut saya sangat penting bagi anak-anak yang sedang kuliah untuk mengembangkan diri lewat organisasi. Jadi, saya selalu mengatakan, aktif dikampus, itu sebenrarnya sebuah kewajiban secara moral, secara hukum mengatakan itu tidak. Tapi Anda sebagai mahasiswa itu wajib. Kalau Anda tidak mengembangkan diri lewat organisasi sekarang, sesudah Anda lulus atau memulai berkarir saat itu Anda menyesal, kenapa dulu tidak aktif? Kenapa dulu tidak mengembangkan kepemimpinan? Dari pada Anda menyesal nanti, kerjakan, jadilah aktivis, tapi aktivis itu bukan demonstran, beda!.
Lalu dengan begitu pentingnya aktif berorganisasi itu maka apakah ada porsi yang pas antara belajar dengan berorganisasi, 50-50 kah porsinya? Atau kita harus tetap mendahulukan kuliah dulu?
Anda sebagai mahasiswa apa sih kewajiban mahasiswa ini? Kuliah, bukan? Itu bukan dinomorsatukan atau tidak, itu sesuatu yang harus dikerjakan jadi jangan katakan itu terpisahkan . Itu sudah hal yang harus dikerjakan. Jadi, Demikian juga dengan aktivisme, proporsinya akan tergantung penyesuaian pada suasanannya. Seperti Anda tanyakan seperti saya” Mas anis, ingin menjadi suami atau ingin menjadi bapak?” Gimana dong? Itu tidak bisa terpisahkan, dalam diri saya ini banyak menempel beberapa tugas, Anies sebagai anak, ayah, rektor, pengurus Fullbright dan Anies sebagai penggagas gerakan Indonesia Mengajar. Saya tidak bisa kemudian mengatakan “Mau yang mana? ” Semuanya harus dijalankan. Ada waktunya pada saat saya disini mengerjakan A B C D, itu yang saya harus bereskan dengan baik, saat saya di Jakarta dengan keluarga itu yang harus saya lunasi dengan baik. Jadi kebiasaan untuk memiliki multiple role tidak bisa dimulai saat Anda sudah lulus nanti tapi biasakan sekarang. Saat Anda tidak terbiasa dengan multiple role Anda akan selalu berpikirnya ini atau ini, ini atau ini, Anda harus bisa mengerjakan semuanya. Anda pernah melihat pemain juggler? Bisa tidak seorang juggler itu berkonsentrasi hanya satu bola saja? Ada masanya Anda mainkan satu bola terus kan? Ada masanya semuanya harus dikerjakan ada yang bisa 3 bola, 5 bola atau 10 bola. The more you practice managing multiple role the more experience you have dan Anda bisa mengerjakan itu tanpa harus melihat lagi
Banyak orang berkata bahwa masalah yang melanda mahasiswa sekarang adalah krisis kepemimpinan dari mahasiswa sendiri dan juga krisis kepedulian. Tak sedikit ada juga beberapa pihak mengatakan buat apa berorganisasi?Kalau Mas anies sendiri bagaimana melihatnya?
Seingat saya, dijaman saya juga begitu. Stop complain terhadap mereka-mereka yang tidak mau aktif. Lakukan kegiatan, lakukan sesuatu jika yang dikerjakan itu menarik yang bisa membuat mereka bergabung. Jangan pidatoi mereka dan jangan sebut mereka apatis.Bertindak demikian merupakan rumus untuk membuat mereka semakin jauh dari Anda. Kami dulu mengalami hal serupa, bukan hal yang baru. Ketika dulu semasa saya kuliah, ada beberapa kelompok mahasiswa yang bisa dibedakan berdasarkan pilihan kegiatan. Mahasiswa yang pertama adalah mahasiswa hedonis- konsumtif, jaman itu mereka adalah penikmat orde baru, mereka pergi kuliah naik mobil dijaman itu dimana kebanyakan mahasiswa hanya baru bisa naik motor , sepeda atau jalan kaki untuk menuju kampus. Yang kedua adalah mahasiswa profesional - individualis, kerjaannya kuliah saja tidak perduli yang lain, menyiapkan diri untuk masa depan, professional tapi individualis.Ketiga, mahasiswa kita istilahkannya asketis religius, asketis religius ini dipikirannya hanya agama saja. Keempat adalah mahasiswa yang aktivis, nilai minim, aktif sana-sini. Kelima, mahasiswa yang istilah kita adalah protarian, merasa dirinya sebagai ekspresi kemiskinan, ekspresi penderitaan rakyat kecil, kita bisa lihat dari gaya baju, rambut dll. Selanjutnya ada mahasiswa yang kecendrungannya adalah melakukan kajian, lalu seakan-akan setelah melakukan kajian secara mendalam maka problem masyarakat itu selesai.
Kegiatan kemahasiswaan kebanyakan hanya menampung kelompok yang organisator. Dulu perna saya dan kawan-kawan melakukan kegiatan penelitian tata niaga Cengkeh. Orang yang kita undang ialah tidak ada yang aktivis sama sekali melainkan orang-orang profesionalis-individualis, setelah mengikuti proses ini mereka lalu menjadi aktif.
Hal nomor satu yang perlu diperhatikan ialah jangan melabeli mereka, seakan-akan mereka lebih rendah, jangan katakana mereka skeptis-apatis, Anda hanya akan mengisolasi diri sendiri, gerakan mahasiswa perlu mengajak orang luar untuk terlibat. Jadi, bagaimana menghadapi situasi ini? Situasi ini merupakan situasi yang terus dihadapi di jaman apapun juga. Hal penting yang harus dilakukan adalah buat gerakan kegiatan kemahasiswan menjadi kegiatan yang dirasa menarik untuk semua dan ini akan sedikit demi sedikit bisa merangsang orang terlibat. You are a leader if and only if you have followers. Anda pemimpin hanya dan jika hanya Anda punya pengikut. Nah, ketika ada sebagian orang tidak mengikuti Anda maka jangan terburu-buru bilang yang tidak mau ikut itu jelek, dsb. Jadi, misalnya ketua BEM buat kegiatan yang kira-kira menarik buat mereka yang disebut apatis itu, cari dong, pastinya mereka juga punya minat, memangnya hanya duduk diam kuliah?, pastinya mereka juga ingin melakukan sesuatu, bukan?
Menurut Mas Anies Seperti apa sih karakter pergerakan mahasiswa itu?
Pergerakan mahasiswa mempunyai karakter moral yang jelas, hitam putih; benar-benar, salah-salah tidak ada area abu-abu dan mahasiswa memang harus begitu. Mahasiswa jangan takut, menurut saya A nggak ada masalah, Anda tidak mempunyai kepentingan apapun kalau benar Anda katakana benar kalau salah Anda katakana salah. Kedua, gerakan mahasiswa memiliki karakter intelektual, ini yang membedakan dengan gerakan-gerakan pemuda yang lain. Karenanya Anda harus berbicara dengan moral dan dengan ilmu, caranya pakailah data. Anda kalau marah yah harus pakai data tidak harus melakukan penelitian tapi yang penting ada punya data. Kalau misalkan Anda memprotes pemerintah menaikan BBM Anda harus bisa bilang kenapa mau protes, secara data Anda harus bilang ini menyebabkan kemiskinan bukan semata-mata ini sebuah keputusan yang saya mau tentang!.Yang ketiga yaitu karakter keoposisian. Memang gerakan mahasiswa kakternya karakter oposisi.
Bagi anak-anak aktivis gerakan mahasiswa, bisa berhasil mengorganisir 500 orang untuk berkumpul, berfikir dan bergerak itu prestasi, tapi, nanti usia Anda 40 tahun, Anda harus bisa mnghidupi 500 orang. Kalau Anda di usia 40 tahun hanya baru bisa mengorganisir 500 orang Anda mengalami stagnasi total. Ada peran dijamannya, di usia Anda itulah peran Anda, setelah ini peran Anda harus berbeda, saat itu Anda harus bisa bukan hanya menggerakan orang untuk protes tapi juga Anda harus bisa membebaskan orang agar bisa bebas sejahtera.
Banyak yang bilang mahasiswa di jaman Orde Baru atau sebelumnya pernah memegang peranan penting di negeri ini, sebagai fungsi pengawasan katanya, mengawasi pemerintah. Kalau kita lihat sekarang, sepertinya ketajaman mahasiswa berkurang, aksinyatanya itu kurang. Menurut Mas Anies mana yang lebih baik mahasiswa dulu atau sekarang?.
Kalau saya melihat, tiap jaman, peran dan fungsinya berbeda karena tantangannya lain, hari ini memang mahasiswa itu tidak menjadi Chanel artikulasi untuk melawan pemerintah karena sudah ada partai-partai, sudah ada kebebasan. Kalau dijaman orde baru, siapa coba yang mau melawan? Jadi ketika mahasiswa melawan pemerintah, menentang, mempromosikan demokrasi karena yang lain macet. Ketika yang lainnya lancar maka peran mahasiswa jadi berbeda, kan? Saya melihat peran gerakan mahasiswa itu ada dua; Peran kekinian dan peran masa depan. Yang ada bicarakan tadi adalah peran kekinian, peran kekinian itu apa? Kehadiran mahasiswa didalam konteks kehidupan berpolitik bernegara, Anda hadir disitu ikut mewarnai .Peran yang kedua adalah peran masa depan, Anda menjadi supplier pemimpin muda untuk Indonesia kedepan. Nah, kedua peran ini harus berjalan, yang peran kekinian itu bisa naik turun tergantung jamannya tapi peran supplier terus berjalan karena Anda adalah institusi-institusi supplier stock pemimpin masa depan, karenanya dalam masa ini bangun itu kepemimpinan, kalau tidak dibangun dari sekarang kita kekurangan stok nanti.
Terus Mas Anies, Kan sekarang itu berkembang partai-partai masuk ke kampus-kampus untuk rekruitmen. Menurut Mas Anies itu terlalu dini atau memang untuk mempersiapkan pemimpin muda?
Pertanyaan Anda ini ada dua saya kira, yang pertama adalah ada bagaimana tentang partai yang masuk ke kampus dan yang kedua adalah tentang persiapan pemimpin muda dikampus. Untuk menjawab yang pertama, soal paratai masuk kampus, bebaskan kampus dari politik partisan, kenapa? Saya katakana tadi mahasiswa itu moral hitam putih, kalau partisan tidak, jika Anda underbow partai A Maka Anda akan berhitung 2-3 kali sebelum mengatakan setuju atau tidak, Anda akan cek apa kata partai saya. Sementara kalau Anda tidak partisan maka Anda akan nilai saja bener atau salah sesuatu itu. Disitu uji ketajaman moral bisa dilatih.Anda akan dapat pengalaman itu bila Anda sudah partisan, bila Anda partisan dengan partai yang memerintah apapun yang dikerjakan pemerintah Anda harus ikut bela, bila Anda partisan partai oposisi apapun yang dikerjakan pemerintah Anda harus ikut kritik. Disitulah letaknya kenapa menurut saya dalam usia pada fase mahasiswa jangan dimasuki oleh politik partisan, politik mahasiswa politik moral dan politik moral tidak mengenal partai, benar dan salah tidak punya partai, kalau Anda benar, pikiran Anda benar ,yah Anda benar kalau Anda salah yah Anda salah.
Untuk menjawab pertanyaan kedua, kepemimpinan itu Anda menjadi pemimpin atau tidak bukan semata-mata Anda diberikan kesempatan atau tidak, tapi Anda membangun pengaruh atau tidak. Saya katakana bahwa you are a leader only if you have follower, if you have no follower , you are not a leader. Jika apa yang Anda pikirkan, ungkapkan dan Anda cita-citakan memiliki follower makan Anda adalah leader.Nah, sekarang kalau kita belum melihat pemimpin muda ,saya tanya pemimpin muda yang diikuti anak muda ada tidak? Mereka yang diikuti anak muda bukan mereka yang muda yang memiliki posisi.
Pemimpin muda adalah pemimpin yang diikuti sebayannya. Anda pemimpin mahasiswa maka pertanyaannya Anda diakui tidak oleh sebaya Anda? Jika iya, yes, you are a leader. Anda mengatakan saya pemimpin muda apakah saya diakui oleh sebaya saya atau lebih muda dari saya, jika iya, saya seorang leader.Jadi bukan Anda punya posisi apa? What’s u make a leader is not position u got but your influence.
Apa Mas Anies punya kiat-kiat untuk membangun leadership yang kuat dimasa kuliah sekarang ini?
Tentu Anda bisa ikut training- training karena itu bisa membantu menstrukturkan apa yang harus dipelajari dalam leadership. Yang kedua ambil pengalaman untuk memimpin karena memimpin itu bukan pekerjaan yang secara teoritis bisa dengan mudah didefinisikan. Memimpin itu adalah pekerjaan yang membutuhkan keterampilan pengalaman. Anda mau belajar berenang? Saya ajak masuk diruang yang cagih, saya ajari Anda berenang disitu, alat simulasi yang luar biasa, lalu saya ajak Anda ke kolam renang, bisa Anda berenang? Bisa satu jam, habis Anda nyemplung Anda baru berenang, setelah itu Anda tunggu kemampuan berenang Anda.
Saya selalu mengatakan belajarlah berorganisasi dan bermasyarakat di kampus karena kampus itu karakternya seperti kolam renang. Karekter kolam renang itu pakai bata, kedalamnnya terukur, tekanannya terukur, ombaknya tidak ada. Anda mau belajar berenang di Samudra Pasifik? Kedalamanya tidak terukur, suhunya luar biasa dingin, ombaknya besar. That’s leadership challenge for the future, itu lah tantangan bagi masa depan Anda. Kebanyakan orang baru belajar berenang saat mereka sudah sampai samudra pasifik, bisa survive tapi bisa juga tenggelam. Kalau Anda belajar kepemimpinan di saat mahasiswa, Anda masih belajar di lingkungan yang masih terukur, kadar beban kepemimpinan Anda itu terukur, seperti Anda belajar berenang dikolam renang. Karenanya kalau mau belajar kepemimpinan lakukan sekarang, jangan nanti saat sudah selesai kuliah. Karena disana tantangannya sangat besar sekali, mendadak Anda baru belajar kepemimpinan saat tantangaannya sangat besar sekali, kalau Anda gagal maka Anda akan tenggelam.
Kalau melihat tuntutan jaman saat ini, menurut Mas Anies, mahasiswa seperti apa yang dibutuhkan / diharapkan?
Mahasiswa yang mengembangkan kompetensi dirinya dengan kompetensi skala global. Anda yang sedang kuliah sekarang, kembangkan komptensi Anda sehingga Anda bisa menjadi manusia warga dunia. Anda lulusan Fakultas Ekonomi UGM tapi Anda tidak harus bekerja di Jogja, Jakarta, Palembang dan Serang. Tapi Anda harus bisa bekerja di London, New York, Tokyo, Singapore, dan Frankfurt. Anda bisa kesana jika Anda bisa bermain dengan kompetensi skala global. Anda, tugas mahasiswa Indonesia hari ini adalah memiliki kompetensi sehingga Anda bisa berlaga dilevel global, karena masa depan kita berada dilevel global.
Yang kedua mahasiswa Indonesia harus memiliki kepemimpinan yang kuat dan akar di rakyat Indonesia yang solid, Anda harus paham tentang Indonesia, jadi harapan saya bagi mahasiswa Indonesia sekarang memiliki kompetensi global dan pemahaman kecintaan terhadap Indonesia yang kuat. You can be, Anda bisa menjadi warga global tapi tetap Anda tetap orang Indonesia.
Mungkin ada Harapan yang Mas Anies lebih tekankan ke mahasiswa Indonesia?
Pesan saya, proyeksikan diri Anda ke masa depan, dan lihat hari-hari kedepan . Anda pernah buat CV? Saya minta mahasiswa menulis CV tahunnya 2031.Saya minta Anda proyeksi Anda dimasa depan 20 tahun lagi, Anda tulis CV seakan-akan sekarang adalah tahun 2031. Anda tulis dimana alamat Anda?, dari situ Anda bekerja dimana?, keluarga Anda seperti apa?, keluarga yang dibangun seperti apa?. Itu adalah proyeksi mimpi, kebanyakan kita menulis CV sebagai koleksi atas masa lalu, saya ingin Anda menulis CV sebagai blueprint masa depan. Saya selalu melihatnya kedepan , kedepan, dan kedepan terus, karena menurut sudut pandang saya, muda atau tua tidak ditentukan usia tapi pandangan. Jika Anda menengok masa lalu terus maka Anda adalah orang tua, berapapun usia Anda, jika Anda menengok kedepan terus maka Anda adalah muda, maka yang menentukan muda atau tua adalah pandangan kita bukan angka di KTP.
Ada nasihat terakhir dari Mas Anies Baswedan sebelum kami pergi pulang,
“Your High GPA only give you an interview but after that your communication skill, Leadership, and systematically thinking determine your success”
*************************************************************
ditulis Oleh Fadli Ariesta dan Rachmat Darma Putera
*************************************************************
Artikel ini merupakan salah satu konten dari banyak konten yang terdapat di majalah BEM FEB UGM 2011, selamat membaca :)
Untuk mengetahui cerita dibalik interview ini, pembaca dapat mengecek situs ini :
http://fadliariezta.tumblr.com/post/4718292387/wawancara-dengan-anies-baswedan-ph-d
http://fadliariezta.tumblr.com/post/4801488423/part-2-wawancara-dengan-anies-baswedan-ph-d
0 komentar:
Posting Komentar