Assalamualaikum wr wb
Oleh-oleh dari World University Debating Championship (WUDC) ke 32, Manila, Philippine
Kali ini EDEC (English Debater Comunity - ilmi FBS) hadir lagi dengan membawa sedikit oleh-oleh dari negeri yang sangat kaya dan terkenal sekali dengan “pearl” atau mutiara nya yaitu Manila, Philippine. Pada tanggal 26 Desember 2011- 4 Januari 2012 kemaren tiga orang tim debate EDEC sebut saja ukhtina Nurul Huda (Pendidikan Bahasa Inggris 2009/ debater), Ronni Nanda Putra ( Pendidikan Biologi 2008/debater), dan ukhty Wilda Hidayati (Pendidikan Bahasa Inggris 2008/adjudicator/judge)mewakili UNP dalam ajang lomba debate tingkat dunia di Manila, Philippine. Kegiatan tahunan ini selalu mendapatkan antusias tersendiri dari seluruh debater, adjudicator dan juga penikmat debate dari seluruh dunia, terbukti dengan dihadirinya oleh lebih dari 50 negara di dunia dengan jumlah partisipan mencapaii ribuan.
Bagi UNP sendiri ini adalah pertama kalinya mengikuti WUDC. Banyak cerita haru dan mengesankan mulai dari keberangkatan hingga kembali ke tanah air. Mulai dari menjadi penumpang yang check-in terakhir kali di Bandara International Minangkabau yang otomatis juga menjadi 3 penumpang terakhir yang ditunggu-tunggu oleh pesaawat tujuan KL, karena kita kurang teliti memperhitungkan waktu menuju BIM dan juga proses imigrasi yang harus dilalui, sehingga membuat petugas check-in sedikit kesal karena kita juga harus bongkar bagasi masing-masing karena kelebihan berat dan menenteng beberapa benda tersebut hingga sampai di Manila.
Kami menghabiskan waktu lebih kurang 15 jam di bandara KLIA, Malaysia terlebih dahulu sebelum bertolak besok paginya ke Manila. Bermalam di bandara International ternyata memberikan pengalaman tersendiri, tidak saja bisa melihat dan bertemu ribuan orang-orang dari berbagai suku bangsa yang mondar mandir setiap detiknya, bertemu kembali dengan debater Malaysia yang juga akan bertolak ke Manila, hingga sempat menjadi tour guide bandara beberapa pelancong asal Indonesia seolah kita adalah orang sana sementara kita sebenarnya juga pelancong.
Tepat pukul 3 subuh check-in penerbangan ke Manila di buka, ternyata untuk kedua kalinya kami harus bongkar bagasi lagi karena kelebihan berat dan ternyata cuma dua orang diantara kita yang mempunyai bagasi sebanyak 45kg sehingga travel bag super besar salah satu diantara kita harus ditinggalkan di KLIA meski semua barangnya sudah dipindahkan kedalam tiga kantong plastic dan kedalam dua travel bag lainnya. Ini adalah langkah terbaik daripada kita harus kena denda Rp. 900.000 karena tidak bisa dibawa sebagai handcarry maupun untuk beli tambahan bagasi lagi. Perjalanan selama 3 jam 45 menit tersebut tidak begitu kami nikmati karena sudah cukup shock dengan kejadian sebelumnya. Dan sesampai di Manila pun lagi kami dihadapkan dengan ongkos taxi bandara yang membawa kami ke hotel tempat kami menginap di Manila seharaga 4300 peso atau sebanding dengan 1 juta rupiah dengan jarak tempuh 2 jam perjalanan atau kira-kira 80km, dan begitu juga sewaktu kepulangan kami. Sewaktu berada di manilapun kami juga harus membayar taxi dengan harga 600 peso atau kira-kira Rp.170.000 untuk 5 menit perjalanan yang harga aslinya hanya 80 peso.
Tapi semuanya itu terbayarkan sudah sewaktu menginjakkan kaki pertama kali dan disambut oleh para panitia WUDC ke-32 yang sangat ramah di Sofitel Luxury Hotel Manila, hotel bintang 5 dan paling mewah di Manila. Hotel bintang 5 dengan fasilitas super lengkap ditambah view laut dan dermaga yang subhanallah indahnya. Hari-hari selama berada di sana di lalui dengan kegitan yang lumayan padat dan sudah terskedul dengan sangat apik oleh panitia mulai dari jam 8 pagi hingga jam 7 malam selama 9 hari kedepan. Setiap harinya ada 3 round perlombaan debate yang harus dilalui. Tidak tanggung-tanggung bagi saya pribadi ini adalah kesempatan luar biasa bisa bertemu dan mengeju atau menjadi judge bersama world best speaker seperti Sam Block and Art Wart (Cambridge University), Victor Vinkle (Monash ), Ann (belanda), Neil (German) dan juga adju lainnya dari asia seperti Mashahiro (Jepang), Pam Chan (Philippine), Khattib El Islam (Iran), dan masih banyak lagi lainnya. Tim yang di adjupun bermacam ragam mulai dari tim oxford, Sydney,hingga tim Asia, Afrika, hingga latin seperti Afrika Selatan, Bangladesh, Jepang, India, Tel Aviv, Korea, Mexico, Kolombia, dll. Pengalaman luar biasa ini tentu tidak kalah menriknya juga dengan yang dialami oleh dua rekan saya Nurul dan Roni, hanya saja kita berada di ruangan yang berbeda selama kompetisi berlangsung di De La Salle University (universitas katolik tertua dan terbesar di Manila) tersebut. Rasa persaudaraan yang begitu erat sangat terasa ketika berkumpul dengan 63 debater Indonesia lainnya disana dan ditambah lagi dengan kehadiran Pak dubes RI dan beberapa staff nya yang hampir setiap hari memberikan kita semangat dengan berkunjung ke De La Salle tempat acara berlangsung.
Sebagai seorang muslim disana tentu saja kami mengalami beberapa kesulitan serta banyak sekali menemukan hal-hal yang jarang bahkan hampir tidak kami temui di tanah air. Mulai dari sulitnya menemukan tempat sholat dan arah kiblat yang benar, sehingga kami para peserta diberikan satu ruangan untuk tempat sholat dikampus tersebut tapi didalamnya terpajang salib besar, mencari makanan yang halal di luar acara(Alhamdulillah selama acara kami disediakam menu halal), serta hampir setiap malamnya ada party mulai dari cocktail party hingga new year party dan woman forum yang semuanya tidak terlepas dari dancing, dan juga minuman. Tapi Alhamdulillah ini hanya optional jadi kami memiliki hak untuk tidak ikut disana.
Meskipun Philippine dihuni oleh mayoritas penduduk beragama katolik, tetapi kami juga menemukan komunitas muslim disana meski jumlah mereka sangat sedikit dan bahkan kami juga menemukan wanita Filipino yang dengan bangganya berjalan dengan burdah mereka di pusat perbelanjaan besar berkelas “Mall of Asia”.
Terlepas dari hal-hal baru tersebut WUDC ke 32 tahun ini sangat memberikan pelajaran yang berarti bagi kami dan sudah tidak sabar lagi rasanya ingin berbagi cerita, pengalaman serta ilmu yang didapat disana dengan teman-teman semua terutama teman-teman EDEC. Keramah tamahan dan rasa persaudaran yang terjalin selama berada disana dengan para partisipan lainnya sangat indah dan tidak bisa dilupakan, saling berbagi pengetahuan dan informasi, berpacu dengan waktu dan juga keyakinan, serta bekorban benda-benda berharga.
Sebagai kisah penutup, kami suguhkan sedikit cerita yang tidak kalah menariknya sewaktu kepulangan ke tanah air, mulai dari harus bongkar pasang bagasi lagi di bandara Clark Field Manila karena kelebihan bagasi, berurusan dengan pihak bandara dan imigrasi dan harus meninggalkan beberapa benda lainnya seperti payung dan sajadah hingga bertahan hidup selama tiga hari di Kuala Lumpur, Malaysia dengan uang Rp.300.000 ditangan untuk biaya penginapan, makan, dan transportasi disana.
Meski begitu banyak hal-hal yang diluar dugaan kami lalui, namun semua pasti ada hikmahnya dan memang janji Allah itu benar dengan indahnya bersilaturrahiim, tidak disangka-sangka Allah memberikan kami reski dari arah yang tidak diduga-duga dengan uang 120 ringgit atau setara Rp.360.000 yang diberikan oleh salah seorang sanak family dari salah seorang di antara kami yang sudah lama sekali tidak bertemu. Dengan uang tersebut kami bisa membeli tambahan bagasi 20kg lagi dan tidak harus bongkar bagasi lagi sebelum kepulangan kami ketanah air pada tanggal 7 januari dan Alhamdulillah bisa pulang ke tanah air dengan selamat. Terima kasih ya Allah atas segala nikmat dan kesempatan yang berharga ini. Laa yukallifullahu nafsaan illa wusa’ha. ^_^
Afwan jika terlalu panjang dan terkesan mengeksploitasi pengalaman pribadi, tetapi sungguh tidak ada maksud lain. Ada banyak hikmah dan pelajaran yang bisa kita ambil dari cerita tersebut. Ambil sisi positifnya dan mudah-mudahan teman-teman bisa mendapatkan kesempatan yang luar biasa lainnya dan juga berbagi pengalamannya. Dan congratulation kepada tim debate dari Monash University yang menjadi pemenang pada WUDC tahun ini dan tim dari Indonesia (UI) harus puas hingga semifinal ESL. Ma’an najah untuk kita semua.
Ma’an najah
Wilda Hidayati
0 komentar:
Posting Komentar