Ya, Kata-kata dijudul tersebut saya baca melalui milist di perangkat seluler saya saat sudah berada di atas bus ALS yang bertolak dari Padang menuju tanah perjuangan pahlawan Muslim Sisingamangaraja XII. Tanah Sumatera Utara, tepatnya di kota tempat bertengger Istana Maimun dan gudangnya para pengacara. Perjalanan kali ini merupakan kali kedua bagi saya untuk mengikuti kegiatan mahasiswa berskala nasional. Dan ini juga punya kaitan historis dengan kegiatan sebelumnya di Bogor bulan Januari 2011 lalu. Ya, kami (saya dan 8 orang teman dari Ranah Minang) dengan semangat tinggi dan kesatuan tekad berangkat menuju kota Medan untuk mengikuti Temu Ilmiah Nasional yang diangkatkan Bersama oleh MITI Mahasiswa dan 2 lembaga mahasiswa di USU yaitunya SGC (smart Generation Community), dan UKMI Al Falak (sejenis LDF untuk Fakultas MIPA di USU).
Pertanyaan yang mungkin timbul adalah kenapa kami yang diundang untuk mengikuti kegiatan ini? Nah begini ceritanya kawan... dahulu kala (kapan yaaaaa????) di kampus kami muncul sebuah kesadaran baru dari para aktivis mahasiswa. Kesadaran untuk mengoptimalkan fitrah kampus sebagai basis keilmuan. Para aktivis tersebut sadar bahwa bangsa kita ini tidak hanya bisa dibangun dengan keahlian politik saja, bangsa kita tak akan mampu berkembang jika hanya dengan memperbanyak orang Sholeh. Tapi bangsa kita Butuh orang-orang Sholeh yang memiliki kepakaran atau kompetensi di bidangnya dan juga punya kemampuan organisatoris yang handal. Berbekal kesadaran itu maka kami berhimpun dan mencoba menyamakan visi. Para veteran aktivis mahasiswa yang sudah hampir pensiun juga mulai memikirkan tentang ini. Tentang membangun kepakaran mahasiswa untuk menyiapkan mereka terjun ke masyarakat saat diwisuda nanti. Hingga kehadiran mereka memang menjadi solusi untuk umat dan bangsa kita, bukan malah menambah beban dari negeri yang sudah susah ini.
Semangat para pendahulu itu terus diwariskan dari generasi ke generasi, sampai pada saya dan teman-teman sekarang. Kami berkumpul dan ber”komunitas” dan membangun kemitraan dengan lembaga pelaksana kegiatan Temilnas ini. Dan Akhirnya, engkau tahu kawan??? Sekarang saya berada di kamar penginapan kami setelah diajak berpusing-pusing menikmati indahnya kota Medan. Kami punya keistimewaan karena baru bisa check out esok pagi, sedangkan acara kita selesai tadi siang. Sehingga kami sedikit merepotkan panitia dengan meminta mereka mengantarkan kami untuk melakukan “Ma’rifatul (Kota) Medan” >> ehm muun maaf ya panitia, tiada maksud kami untuk menambah beban hidup mu, kamu kan orang Baik… ^_^ <<
Kami mengikuti kegiatan Temu Ilmiah Nasional Lembaga Keilmuan Mahasiswa dengan Tema “Peran Pemuda dalam Mengembangkan Potensi Wilayah Sumatera berbasis Ristek unggulan”. Kegiatan ini dilangsungkan tanggal 3 dan 4 Desember 2011 di Kampus USU. Rangkaian Kegiatan berupa Seminar Iptek, Seminar Beasiswa LN, Pelatihan + Tes TOEFL dan sharing bersama peserta Mahasiswa dari berbagai kampus di Sumatera Bagian utara. Kampus yang berkesempatan hadir antara lain Unsyiah, Unimed, IAIN SU, UNP, Unand dan tuan rumah USU.
Seminar IPTEK menghadirkan Menristek RI tahun 2009-2011, Bpk Suharna S, Ketua MITI Pusat, Bpk DR. Warsito P Taruno, Dan Salah Satu Petinggi Lembaga Pengembangan dan Pemberdayaan Ristek USU, DR Yeni Absah. Mereka memaparkan tentang bagaimana membangun Kapasitas Agent of Change,tentang pemuda, teknologi dan pengembangan wilayah, serta tentnag bagaimana USU menjalankan peran pengabdiannya kepada masyarakat melalui lembaga “Cikal” yang menjadi wadah untuk menjembatani hasil-hasil penelitian dari kampus untuk kemudian diaplikasikan dan digunakan untuk membantu menyelesaikan problem masyarakat.
Pemaparan beliau-beliau sangat menarik dan mampu memberi motivasi kepada kami. Apalagi ketika Pak Warsito, ilmuwan cemerlang Indonesia dari Luar negeri yang berani pulang kampung untuk membangun bangsa ini, ditanya oleh seorang peserta tentang perasaannya sebagai peneliti di Indonesia. Teman yang bertanya adalah dari Komunitas Cendekia Unsyiah,cerita punya cerita, dulunya ia pernah mengenyam kursi Presiden Pemerintahan Mahasiswa di Universitas ujung Utara Sumatera ini (pantas saja ia sempat berorasi di tengah aula AKtivis BEM Cuy… hehe). Ehm, kembali ke Pak Warsito….. Pak Warsito menceritakan pengalamannya dari awal. Tentang penemuannya yang ternyata hanya berasal dari sebuah skripsi. Ia melanjutkan studi ke luar negeri dan Alhamdulillah berhasil.
Pak Warsito bercerita tentang Risetnya menemukan “#### “ (saya lupa gituuuu… maklum lah kagak terlalu ngerti tentang yg begituan, pokoknya sesuatu banget deh). Ia memutuskan pulang ke Indonesia dengan kesiapan lahir batin mental dan spiritual. Ia sudah memahami bahwa ia pulang nanti tidak akan bisa terlalu berharap banyak dari pemerintah untuk mendukung risetnya. Dan ia siap untuk itu. Maka pulanglah ia, dan benar saja. Ia memulai penelitiannya di Indonesia melalui sebuah ruko berukuran 2x3 meter. Yang berlokasi di tempat yang juga sederhana. Ia berhasil menemukan si “####” tadi dan mengikutsertakannya di pertemuan ilmuwan dunia. Dan harus anda tahu kawan-kawan, bahwa paper pak Warsito ini menjadi salah satu dari sedikit paper yang menjadi paper kunci dan di seminarkan di pertemuan tersebut. Beliau berangkat kesana tanpa dukungan yang penuh, bahkan untuk ongkosnya saja tidak ada. Saat menceritakan ini, aula sempat bergemuruh dengan tepuk tangan berulang kali, karena sang Bapak sempat tergagap dan menahan tangisnya tak mampu membendung haru mengingat masa susahnya kala itu. Setelah paparkan di pertemuan itu, ia langsung mendapatkan tawaran bantuan untuk mengembangkan risetnya itu di eropa… Subhanallah sekali.
Dan ini yang sangat super sekali kawan, jawaban pak Warsito untuk pertanyaan tadi adalah bahwa ia tidak merasa kecewa, tidak marah dan tidak menuntut kepada pemerintah. Karena, sebagaimana yang telah saya sebutkan di atas bahwa ia sudah siap dengan kenyataan yang akan ia hadapi di dalam negeri. Ia juga berbagi prinsip dengan kami, salah satunya yaitu “bersiaplah untuk menjadi yang pertama kali berkorban”. Ya Beliau sudah membuktikannya. Sungguh sangat luarbiasa, dahsyat, bombastic, no pain no gain lah.. ehm.
Penyampaian Pak Suharna dan Buk Yeni juga bagus dan inspiratif. Tapi sayang contoh-contoh yang telah dikerjakan CIKAL yang disampaikan Buk Yeni barang lama semua. Mana yang barunya Buk?? Over all, seminar IPTEK ini bisa menjadi salah satu langkah awal bagi kami mahasiswa di sumatera bagian utara untuk merumuskan dan menentukan peran apa yang bisa kami berikan untuk membangun wilayah sumatera yang kami cintai lahir dan batin ini. Mengapa saya sebut sebagai langkah awal??? Yups, karena yang tahu tentang potensi dan apa yang dibutuhkan oleh wilayah sumatera tentu anak-anak sumatera sendiri. Ya kan??? Mau nunggu siapa lagi untuk membangun sumatera kita ini???.
Kegiatan berikutnya Seminar Beasiswa, diisi oleh Sensei Edi Syukur dkk. Beliau juga merupakan salah satu pendiri MITI bersama Pak Suharna dan Pak Warsito. Kegiatan ini memberikan semangat dan dorongan bagi mahasiswa untuk melanjutkan studinya ke luar negeri. Karena sebenarnya banyak peluang yang bisa dimanfaatkan, tinggal bagaimana kita menyiapkan diri untuk menyambut peluang itu. Beasiswa Luar negeri memang banyak, tapi untuk mendapatkannya tak lah mudah. Ia bukanlah doorprise yang didapat oleh orang-orang yang “mendadak beruntung”. Butuh perjuangan dan kerja keras serta kesungguhan. Ayo semangat!!!
Saya juga bertemu dengan teman-teman mahasiswa pejuang dari kampus-kampus Sumatera bagian Utara. Banyak diantaranya juga sudah saling bertemu di acara Bogor Lalu. Subahanallah sekali rasanya bisa melepas kerinduan. Yang selama ini hanya berkomunikasi melalui dunia-dunia maya akhirnya bisa temu darat lagi. Dan kerennya kali ini bertambah dengan wajah-wajah baru. Semoga ini bisa menjadi penyemangat bagi kami di Ranah Minang. Terutama untuk adek-adek yang baru ikut kali ini. Mudah-mudahan spirit ini saling tertular dan bisa menjadi generator penggerak perjuangan di kampus masing-masing demi bekerja cerdas. Karena sesungguhnya bekerja cerdas untuk Sumatera itu adalah Ibadah.
Banyak cerita dan kisah dibalik layar, di depan layar bahkan disamping layar yang tak bisa tertuliskan di laman ini. Bukan apa-apa, karena memang saking banyaknya pengalaman dan hikmah hingga saya tak tahu harus bagaimana menceritakannya. Saya hanya bisa bermohon, Ridhoilah cita-cita kami Ya Rabb, Ikatlah hati kami dalam cinta kepadaMu, dalam Taat KepadaMu, dalam membela SyariatMu, dan dalam berjuang di JalanMu. Sungguh ya Allah kami melakukan semua ini hanya untuk mencari KeridhoanMu.
Tidak terasa, 2 hari waktu yang sangat singkat sekali. Rasanya baru beberapa menit yang lalu saya duduk dalam keletihan di atas Bus ALS di jalan Padang-Medan, bermain Handphone dan membuka email. Membaca postingan dari salah satu pengarah acara yang dengan luar biasanya menyiapkan kedatangan kami. Kami orang-orang biasa yang ketika sampai di kota Medan disambut dengan keramahan. Ketika akan memasuki aula disambut bak tamu agung. Para panitia dengan senyum berdiri dipinggir koridor jalan utama menuju bangku-bangku barisan depan. Musik latar yang bersemangat dengan narasi yang menggugah. Menyebutkan ucapan selamat datang dan nama-nama kampus kami masing-masing. Subhanallah sekali USU. Ya Allah balasilah usaha dan kesungguhan teman-teman kami di SGC dan Paniti ini ya Allah. Berikan pahala kepadanya. Dan izinkan kelak nanti kami bereuni di Syurgamu.Amin.
Saatnya istirahat untuk mengumpulkan energy guna bertolak esok menuju kehangatan kota Padang. Padang Kota Perjuangan tercinta.
__________________________________________
Medan, 04 Desember 2011, 23.02 WIB
0 komentar:
Posting Komentar